BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Media adalah
industri yang menghasilkan komoditas maka unsur komersial menjadi menonjol.
Komersial adalah implikasi dari revolusi media yang mendorong media dengan visi
ekonomi. Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi,
pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah pemilik modal, dimana
kondisi ini berpengaruh pada visi suatu media. Dapat dikatakan bahwa idealisme
media sangat bergantung pada pemilik modal, karena bentuk jurnalisme yang
dikemas difokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar. Kepemilikan media
lebih banyak dari medianya. Karena media adalah industry yang menghasilkan
komoditas, maka unsur komersial menjadi menonjol.
Pemilik modal
adalah pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan
info, hingga pemasaran info. Sehingga banyak ditemukan media massa terutama
televisi akan lebih berpihak kepada si pemilik modal ketika si pemilik modal
menghadapi masalah.
Media massa,
baik cetak maupun elektronik, harus memiliki sekurang-kurangnya empat fungsi.
Fungsi informasi, edukasi, hiburan, dan pengawasan. Namun, seiring masuknya
seorang pemilik modal ke dalam struktur suatu media massa, orientasi media
massa menjadi bergeser. Kini, mencari keuntungan menjadi tujuan utama meskipun
media massa tersebut harus menampilkan konten yang penuh hiburan tanpa /
sedikit mengandung informasi dan edukasi dan mendatangkan untung dibandingkan
tetap melaksanakan peran seharusnya sebagai penyedia informasi dan edukasi bagi
penikmatnya yang termasuk di dalamnya golongan anak-anak. Empat fungsi di atas
merupakan empat fungsi ideal yang seharusnya dijalankan oleh media. Apabila
media dapat menjalankan empat fungsi tersebut, maka sistem sosial dalam
masyarakat yang mana melibatkan media di dalamnya, akan dapat berjalan secara
berimbang. Tetapi kenyataan yang kita dapati pada realitas yang ada di
Indonesia pada saat ini adalah tidak demikian. Sebagian besar kalangan menilai
bahwa media massa saat ini belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Media
massa dianggap hanya menjadi alat komersialisasi dan sarana untuk menjalankan
kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Indonesia menganut sistem pers bebas
bertanggung jawab. Tetapi dalam praktiknya, kebebasan inilah yang kerap kali
disalah artikan dan disalah gunakan sehingga merugikan masyarakat sebagai
konsumen media massa.
B.
Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah
digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini,
masalah dibatasi pada media massa antara idealisme dan komersialisme.
C.
Perumusan Masalah
Dalam makalah
ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas. Diantaranya
yaitu:
1.
Bagaimana media massa itu?
2.
Bagaimana hubungan media massa antara idealisme
dan komersialisme.?
D.
Tujuan
1. Tujuan penulisan
makalah ini adalah :
2. Untuk mengetahui
pengertian media massa.
3.
Untuk mengetahui hubungan media massa antara
idealisme dan komersialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Media Massa
Media massa
(Mass Media) adalah sarana yang membawa pesan. Diantaranya buku, majalah,
Koran, televise, radio, rekaman film, dan web.[1]
Menurut Eoin
Devereux (2005), media massa adalah:
-
Wadah-wadah berkomunikasi antara sender dan receiver
-
Sebuah industry atau organisasi
-
Merupakan institusi yang memproduksi teks sebagai
komoditas
-
Agen perubahan social dan
global
-
Agen sosialisasi dan menjadi sumber yang sangat kuat
dalam mengkonstruk kebermaknaan social (social meaning). [2]
B.
Idealisme Media Masa
Idealisme adalah
cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan
segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang
berlaku serta diakui oleh masyarakat dan Negara.
Makna UU diatas
sudah jelas dan tegas, bahwa pers harus memiliki dan mengemban idealisme.
Dalam pasal 6 UU
pokok pers No 40 tahun 1999 menerangkan bahwa media massa
harus:
-
memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
-
menegakkan nilai dasar demokrasi dan HAM serta
menghormati bhineka tunggal ika
-
mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi
yang tepat, akurat, dan benar
-
melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum
-
memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Contoh
idealisme
-
Penegakkan nilai-nilai demokrasi dan HAM harus
diperjuangkan oleh pers.
Dasarnya
terdapat pada pasal 3 ayat (1) UU pokok pers No. 40/1999. Pers nasional
mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan control
social.
Tentu saja hanya
pers yang mengemban, memiliki dan memperjuangkan idealisme yang bersentuhan
erat dengan kepentingan bangsa yang akan berumur panjang dan didukung oleh
segenap kalangan dan lapisan masyarakat dari idealisme yang kokoh, pers akan
memiliki kepribadian terpercaya yang dihargai serta disegani siapapun.[3]
C.
Media Massa Antara
Idealisme Dan Komersialisme
Komersialisme
adalah implikasi dari revolusi media yang mendorong media dengan
visi ekonomi.[4] pers
tidak hanya harus punya cita-cita ideal, pers sendiri harus punya kekuatan
serta keseimbangan. Kekuatan untuk mencapai cita-cita, dan keseimbangan dalam
mempertahankan nilai-nilai profesi yang diyakininya, agar mendapat kekuatan,
maka pers harus berorientasi pada kepentingan komersial. Bagaimanapun pers
bukanlah lembaga santunan social. Seperti ditegaskan pada pasal 3 ayat (2) 2011
pokok pers No. 40/1999, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
Sebagai lembaga
ekonomi, penerbitan pers harus dijalankan dengan menunjuk pada pendekatan dan
kaidah ekonomi, efesiensi, dan efektifitas. Secara manajerial perusahaan, pers
harus memetik untung dan sejauh mungkin menghindari kerugian. Dalam kerangka
ini apapun sajian pers tidak bisa dilepaskan dari tuntutan pasar. Hanya dengan
berpijak pada nilai-nilai komersial, penerbitan pers bisa mencapai cita-citanya
yang ideal. Tegasnya, idealisme tanpa komersialisme hanyalah ilusi.[5]
Media massa,
harus memiliki sekurang-kurangnya empat fungsi. Fungsi informasi, edukasi,
hiburan, dan pengawasan. Empat fungsi ini merupakan empat fungsi ideal yang
seharusnya dijalankan oleh sebuah media. Apabila media dapat menjalankan empat
fungsi tersebut, maka sistem sosial dalam masyarakat yang mana melibatkan media
di dalamnya, akan dapat berjalan secara berimbang. Tetapi kenyataan yang kita
dapati pada realitas yang ada di Indonesia pada saat ini adalah tidak demikian.
Sebagian besar kalangan menilai bahwa media massa saat ini belum dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Media massa dianggap hanya menjadi alat
komersialisasi dan sarana untuk menjalankan kepentingan-kepentingan pihak
tertentu. Indonesia menganut sistem pers bebas bertanggung jawab. Tetapi dalam
praktiknya, kebebasan inilah yang kerap kali disalah artikan dan disalah
gunakan sehingga merugikan masyarakat sebagai konsumen media massa.
Sudah menjadi
rahasia umum apabila saat ini media sudah ditunggangi oleh kepentingan
pihak-pihak tertentu. Entah itu kepentingan ekonomi, maupun politik. Hal inilah
yang menyebabkan media tidak menyampaikan informasi secara berimbang atau cover
both sides. Beberapa bahkan sebagian besar media Indonesia menjadi alat untuk
melancarkan kepentingan pribadi ataupun golongan. Seperti yang telah kita
ketahui, beberapa media besar yang ada di Indonesia dimiliki oleh perseorangan
yang pada dasarnya memiliki kepentingan pribadi dalam praktik medianya. Baik
itu kepentingan ekonomi maupun politik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ideologi
pemilik merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi isi media.
Inilah yang menyebabkan mengapa isi media tidak lagi mengutamakan keempat
fungsi media dan keberimbangan sebuah informasi, tetapi lebih kepada bagaimana
mensetting sebuah agenda agar mindset masyarakat dapat terbentuk sesuai dengan
apa yang telah diagendakan oleh media.
Beberapa contoh
hilangnya idealisme pada media: kepentingan politik yang begitu
terlihat dalam tayangan media massa, terutama tayangan berita. Seperti yang
telah diketahui, beberapa media besar yang menjadi konsumsi masyarakat dimiliki
oleh tokoh-tokoh politik besar yang sedang bersaing untuk memperebutkan kursi
kekuasaan. Di sinilah ideologi pemilik memiliki peranan besar. Mereka
menjadikan media massa yang dimilikinya sebagai alat kampanye politik atau
bahkan untuk menjatuhkan lawan politiknya dengan menyajikan informasi yang
dikemas secara sengaja dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan politiknya.
Informasi atau berita yang disajikan oleh media massa yang demikian tidak lagi
menganut prinsip keberimbangan atau cover both sides, melainkan hanya
berpihak pada kepentingan agenda yang ingin dibuat oleh pemilik media. Tujuannya
adalah untuk mempersuasi masyarakat agar mempercayai berita yang telah
disajikan, dan membentuk pola pikir masyarakat agar sejalan dnegan apa yang
dikendaki oleh media. Padahal seharusnya, melalui tayangan berita, media dapat
menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial yang bersifat objektif dan
tidak memihak.
Aspek lain yang
juga menyedot perhatian beberapa kalangan adalah tayangan hiburan yang ada di
media televisi yang dinilai kurang bermutu dan kurang mendidik. Seperti
tayangan sinetron yang bergenre mistis, ataupun yang terlalu mendramatisasi
kehidupan, acara infotaiment yang menguak kehidupan pribadi
selebritis, juga acara komedi yang terkesan menyajikan hiburan dengan
menjelek-jelekkan melalui banyolan olok-olokan antar pelawak dan juga bentuk-bentuk
pelecehan serta kekerasan fisik. Tayangan-tayangan tersebut dinilai tidak
mendidik, tetapi anehnya masih tetap bertahan. Dan masyarakat terbukti meminati
tayangan-tayangan demikian. Para pengusahapun ramai-ramai mengiklankan
produknya pada acara-acara demikian. Apalagi acara hiburan semacam ini, kerap
kali ditayangkan pada jam-jam prime time.Hal ini membuat acara-acara
semacam ini dapat bertahan bahkan persaingannyapun semakin ketat. Inilah yang
perlu diperbaiki. Selain memberikan hiburan, tayangan dalam media massa juga
harus memuat unsur edukatif yang mencerdaskan pemirsanya. Jadi, media dapat
menjalankan keempat fungsinya dengan baik. Dan tentunya bermanfaat bagi
masyarakat.
Beberapa contoh
kasus di atas merupakan bukti nyata bahwa media massa saat ini sudah keluar
dari jalur idealisme. Hanya ada sedikit sekali media yang masih tetap
mempertahankan aspek idealisme dan menjalankan fungsinya dengan baik. Tetapi
sayangnya media tersebut seolah-olah kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
Sehingga masyarakatpun seolah enggan untuk menikmatinya. Justru media-media
yang dinilai kurang bermutu dalam menyajikan tayanganlah yang dapat menarik
perhatian masyarakat. Idealisme seolah-olah bisa terbeli oleh materi semata.
Padahal media sangat berperan besar dalam kehidupan masyarakat, media lah yang
menjadi sumber informasi terbesar, media lah yang mampu membentuk pola pikir
masyarakat, dan media lah yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku
masyarakat dan budaya dalam masyarakat. kehidupan masyarakat tidak lagi dapat
dipisahkan dari media massa. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya berjalan
seiringan. Tidak hanya masyarakat modern yang tinggal di perkotaan saja,
masyarakat pedesaanpun juga tidak dapat mengelak dari terpaan media. Tentu bisa
dibayangkan aoa yang akan terjadi pada bangsa Indonesia apabila setiap hati
dijejali oleh informasi maupun tayangan yang tidak sesuai dengan idealisme
media yang ada.
Disinilah peran
pihak-pihak yang berkaitan dipertanyakan. Para elite atau pemerintah,
sebenarnya telah memiliki pihak-pihak yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas
regulasi dan monitoring atau kontrol terhadap media masa. Seperti KPI atau
Komisi Penyiaran Indonesia. Pemerintah juga memiliki instansi terkait yakni
Kementrian Komunikasi dan Informasi.seharusnya mereka dituntut untuk lebih
tegas lagi dalam membuat regulasi dan mengontrol jalannya media massa, agar
media dapat menjalankan praktiknya secara ideal. Sanksi yang tegas juga harus
diterapkan bagi media yang melanggar untuk memberikan efek jera.
Sebab lain media
menjadi komersial yaitu dikarena biaya opersional dan produksi media massa yang
besar, akhirnya menggiring media massa kita ke arah komersial, kondisi ini
dimanfaatkan oleh kaum kapitalis yang kemudian menjadikan media sebagai anak
emasnya dalam menciptakan pasar mereka.
Media juga
sebagai industri yang menghasilkan komoditas oleh sebab itu unsur komersial
menjadi menonjol. Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan
informasi, pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah pemilik
modal, dimana kondisi ini berpengaruh pada visi suatu media. Dapat dikatakan
bahwa idealisme media sangat bergantung pada pemilik modal, karena bentuk
jurnalisme yang dikemas difokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar.
Keberhasilan
suatu media dapat diukur dari oplah (media cetak) atau rating (media
penyiaran). Oplah dan rating adalah ukuran ekonomi bukan tolak ukur kualitas
suatu content media.
Kebijakan
politik juga bisa menimbulkan iklim kurang sehat terhadap isi media apabila ada
interventensi politik dalam kegiatan komunikasi massa. Jadi dominasi pemilik
modal (dominasi ekonomi) mengakibatkan orientasi komersial. Dominasi politik
juga menimbulkan pemasungan terhadap kebebasan pers, secara akumulatif akan
mempersempit ruang gerak jurnalisme.
Orientasi
komersil media bisa disebabkan karena persaingan yang ketat, tetapi juga bisa
dipengaruhi oleh kepemilikan media yang berpusat pada segelintir
orang/kelompok. Kepemilikan media pada segelintir orang akan mengarah pada
konglomerasi media.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
-
Media massa (Mass Media) adalah sarana yang membawa
pesan. Diantaranya buku, majalah, Koran, televise, radio, rekaman film,
dan web.
-
Pers sendiri harus punya kekuatan serta
keseimbangan. Kekuatan untuk mencapai cita-cita, dan keseimbangan dalam
mempertahankan nilai-nilai profesi yang diyakininya.
-
Media massa, harus memiliki sekurang-kurangnya empat
fungsi. Fungsi informasi, edukasi, hiburan, dan pengawasan. Selain memberikan
hiburan, tayangan dalam media massa juga harus memuat unsur edukatif yang
mencerdaskan pemirsanyadan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.
-
Salah satu sebab kenapa media menjadi komersial
yaitu dikarena biaya opersional dan produksi media massa yang besar, akhirnya
menggiring media massa kita ke arah komersial, Keberhasilan suatu media
dapat diukur dari oplah (media cetak) atau rating (media penyiaran). Oplah dan
rating adalah ukuran ekonomi bukan tolak ukur kualitas suatu content media.
-
Orientasi komersil media bisa disebabkan karena
persaingan yang ketat, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh kepemilikan media yang
berpusat pada segelintir orang/kelompok. Kepemilikan media pada segelintir
orang akan mengarah pada konglomerasi media.
B.
Saran
Dengan mempelajari hukum
dan etika media massa selain bisa mengetahui apa saja hukum yang
terdapat dalam media massa juga bisa mengetahui tentang idealisme dan
komersialisme yang terdapat pada suatu media massa. Hal itu juga merupakan
cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita
harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar adalah
masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka
berpendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
file:///D:/media%20massa/hilangnya-idealisme-media-massa.html.
diakses pada Sabtu 4 April 2015, Pukul 16:17 WIB.
file:///D:/media%20massa/komersialisasi-media-massa-oleh-angghi.html.
diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 16.35 Wib.
[2] file:///D:/media%20massa/komersialisasi-media-di-indonesia.html.
diakses pada Sabtu 4 April 2015, Pukul 16:17 WIB.
[4]file:///D:/media%20massa/Komersialisasi%20Media%20di%20Indonesia%20%C2%AB%20kapsel classfikomuntar.htm.
diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 16.35 Wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar