Rabu, 01 November 2017

MAKALAH IDEALISME MEDIA MASA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Media adalah industri yang menghasilkan komoditas maka unsur komersial menjadi menonjol. Komersial adalah implikasi dari revolusi media yang mendorong media dengan visi ekonomi. Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah pemilik modal, dimana kondisi ini berpengaruh pada visi suatu media. Dapat dikatakan bahwa idealisme media sangat bergantung pada pemilik modal, karena bentuk jurnalisme yang dikemas difokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar. Kepemilikan media lebih banyak dari medianya. Karena media adalah industry yang menghasilkan komoditas, maka unsur komersial menjadi menonjol.
Pemilik modal adalah pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan info, hingga pemasaran info. Sehingga banyak ditemukan media massa terutama televisi akan lebih berpihak kepada si pemilik modal ketika si pemilik modal menghadapi masalah.
Media massa, baik cetak maupun elektronik, harus memiliki sekurang-kurangnya empat fungsi. Fungsi informasi, edukasi, hiburan, dan pengawasan. Namun, seiring masuknya seorang pemilik modal ke dalam struktur suatu media massa, orientasi media massa menjadi bergeser. Kini, mencari keuntungan menjadi tujuan utama meskipun media massa tersebut harus menampilkan konten yang penuh hiburan tanpa / sedikit mengandung informasi dan edukasi dan mendatangkan untung dibandingkan tetap melaksanakan peran seharusnya sebagai penyedia informasi dan edukasi bagi penikmatnya yang termasuk di dalamnya golongan anak-anak. Empat fungsi di atas merupakan empat fungsi ideal yang seharusnya dijalankan oleh media. Apabila media dapat menjalankan empat fungsi tersebut, maka sistem sosial dalam masyarakat yang mana melibatkan media di dalamnya, akan dapat berjalan secara berimbang. Tetapi kenyataan yang kita dapati pada realitas yang ada di Indonesia pada saat ini adalah tidak demikian. Sebagian besar kalangan menilai bahwa media massa saat ini belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Media massa dianggap hanya menjadi alat komersialisasi dan sarana untuk menjalankan kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Indonesia menganut sistem pers bebas bertanggung jawab. Tetapi dalam praktiknya, kebebasan inilah yang kerap kali disalah artikan dan disalah gunakan sehingga merugikan masyarakat sebagai konsumen media massa.

B.     Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah digunakan untuk membatasi masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada media massa antara idealisme dan komersialisme.

C.    Perumusan Masalah
Dalam makalah ini terdapat beberapa penjabaran materi dari latar belakang diatas. Diantaranya yaitu:
1.      Bagaimana media massa itu?
2.      Bagaimana hubungan media massa antara idealisme dan komersialisme.?

D.    Tujuan
1.      Tujuan penulisan makalah ini adalah :
2.      Untuk mengetahui pengertian media massa.
3.      Untuk mengetahui hubungan media massa antara idealisme dan komersialisme.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Media  Massa
Media massa (Mass Media) adalah sarana yang membawa pesan. Diantaranya buku, majalah, Koran, televise, radio, rekaman film, dan web.[1]
Menurut Eoin Devereux (2005), media massa adalah:
-          Wadah-wadah berkomunikasi antara sender dan receiver
-          Sebuah industry atau organisasi
-          Merupakan institusi yang memproduksi teks sebagai komoditas
-          Agen perubahan social dan global     
-          Agen sosialisasi dan menjadi sumber yang sangat kuat dalam mengkonstruk kebermaknaan social (social meaning). [2]

B.     Idealisme Media Masa
Idealisme adalah cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan Negara.
Makna UU diatas sudah jelas dan tegas, bahwa pers harus memiliki dan mengemban idealisme.
Dalam pasal 6 UU pokok pers  No 40 tahun 1999 menerangkan bahwa media massa harus:
-          memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
-          menegakkan nilai dasar demokrasi dan HAM serta menghormati bhineka tunggal ika
-          mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat, dan benar
-          melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum
-          memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Contoh idealisme
-          Penegakkan nilai-nilai demokrasi dan HAM harus diperjuangkan oleh pers.
Dasarnya terdapat pada pasal 3 ayat (1) UU pokok pers No. 40/1999. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan control social.
Tentu saja hanya pers yang mengemban, memiliki dan memperjuangkan idealisme yang bersentuhan erat dengan kepentingan bangsa yang akan berumur panjang dan didukung oleh segenap kalangan dan lapisan masyarakat dari idealisme yang kokoh, pers akan memiliki kepribadian terpercaya yang dihargai serta disegani siapapun.[3]


C.    Media Massa Antara Idealisme Dan Komersialisme
Komersialisme adalah  implikasi dari revolusi media yang mendorong media dengan visi ekonomi.[4] pers tidak hanya harus punya cita-cita ideal, pers sendiri harus punya kekuatan serta keseimbangan. Kekuatan untuk mencapai cita-cita, dan keseimbangan dalam mempertahankan nilai-nilai profesi yang diyakininya, agar mendapat kekuatan, maka pers harus berorientasi pada kepentingan komersial. Bagaimanapun pers bukanlah lembaga santunan social. Seperti ditegaskan pada pasal 3 ayat (2) 2011 pokok pers No. 40/1999, pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.
Sebagai lembaga ekonomi, penerbitan pers harus dijalankan dengan menunjuk pada pendekatan dan kaidah ekonomi, efesiensi, dan efektifitas. Secara manajerial perusahaan, pers harus memetik untung dan sejauh mungkin menghindari kerugian. Dalam kerangka ini apapun sajian pers tidak bisa dilepaskan dari tuntutan pasar. Hanya dengan berpijak pada nilai-nilai komersial, penerbitan pers bisa mencapai cita-citanya yang ideal. Tegasnya, idealisme tanpa komersialisme hanyalah ilusi.[5]
Media massa, harus memiliki sekurang-kurangnya empat fungsi. Fungsi informasi, edukasi, hiburan, dan pengawasan. Empat fungsi ini merupakan empat fungsi ideal yang seharusnya dijalankan oleh sebuah media. Apabila media dapat menjalankan empat fungsi tersebut, maka sistem sosial dalam masyarakat yang mana melibatkan media di dalamnya, akan dapat berjalan secara berimbang. Tetapi kenyataan yang kita dapati pada realitas yang ada di Indonesia pada saat ini adalah tidak demikian. Sebagian besar kalangan menilai bahwa media massa saat ini belum dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Media massa dianggap hanya menjadi alat komersialisasi dan sarana untuk menjalankan kepentingan-kepentingan pihak tertentu. Indonesia menganut sistem pers bebas bertanggung jawab. Tetapi dalam praktiknya, kebebasan inilah yang kerap kali disalah artikan dan disalah gunakan sehingga merugikan masyarakat sebagai konsumen media massa.
Sudah menjadi rahasia umum apabila saat ini media sudah ditunggangi oleh kepentingan pihak-pihak tertentu. Entah itu kepentingan ekonomi, maupun politik. Hal inilah yang menyebabkan media tidak menyampaikan informasi secara berimbang atau cover both sides. Beberapa bahkan sebagian besar media Indonesia menjadi alat untuk melancarkan kepentingan pribadi ataupun golongan. Seperti yang telah kita ketahui, beberapa media besar yang ada di Indonesia dimiliki oleh perseorangan yang pada dasarnya memiliki kepentingan pribadi dalam praktik medianya. Baik itu kepentingan ekonomi maupun politik. Tidak dapat dipungkiri, bahwa ideologi pemilik merupakan salah satu faktor terbesar yang dapat mempengaruhi isi media. Inilah yang menyebabkan mengapa isi media tidak lagi mengutamakan keempat fungsi media dan keberimbangan sebuah informasi, tetapi lebih kepada bagaimana mensetting sebuah agenda agar mindset masyarakat dapat terbentuk sesuai dengan apa yang telah diagendakan oleh media.
Beberapa contoh hilangnya idealisme pada media:  kepentingan politik yang begitu terlihat dalam tayangan media massa, terutama tayangan berita. Seperti yang telah diketahui, beberapa media besar yang menjadi konsumsi masyarakat dimiliki oleh tokoh-tokoh politik besar yang sedang bersaing untuk memperebutkan kursi kekuasaan. Di sinilah ideologi pemilik memiliki peranan besar. Mereka menjadikan media massa yang dimilikinya sebagai alat kampanye politik atau bahkan untuk menjatuhkan lawan politiknya dengan menyajikan informasi yang dikemas secara sengaja dengan tujuan untuk menjatuhkan lawan politiknya. Informasi atau berita yang disajikan oleh media massa yang demikian tidak lagi menganut prinsip keberimbangan atau cover both sides, melainkan hanya berpihak pada kepentingan agenda yang ingin dibuat oleh pemilik media. Tujuannya adalah untuk mempersuasi masyarakat agar mempercayai berita yang telah disajikan, dan membentuk pola pikir masyarakat agar sejalan dnegan apa yang dikendaki oleh media. Padahal seharusnya, melalui tayangan berita, media dapat menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial yang bersifat objektif dan tidak memihak.
Aspek lain yang juga menyedot perhatian beberapa kalangan adalah tayangan hiburan yang ada di media televisi yang dinilai kurang bermutu dan kurang mendidik. Seperti tayangan sinetron yang bergenre mistis, ataupun yang terlalu mendramatisasi kehidupan, acara infotaiment yang menguak kehidupan pribadi selebritis, juga acara komedi yang terkesan menyajikan hiburan dengan menjelek-jelekkan melalui banyolan olok-olokan antar pelawak dan juga bentuk-bentuk pelecehan serta kekerasan fisik. Tayangan-tayangan tersebut dinilai tidak mendidik, tetapi anehnya masih tetap bertahan. Dan masyarakat terbukti meminati tayangan-tayangan demikian. Para pengusahapun ramai-ramai mengiklankan produknya pada acara-acara demikian. Apalagi acara hiburan semacam ini, kerap kali ditayangkan pada jam-jam prime time.Hal ini membuat acara-acara semacam ini dapat bertahan bahkan persaingannyapun semakin ketat. Inilah yang perlu diperbaiki. Selain memberikan hiburan, tayangan dalam media massa juga harus memuat unsur edukatif yang mencerdaskan pemirsanya. Jadi, media dapat menjalankan keempat fungsinya dengan baik. Dan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.
Beberapa contoh kasus di atas merupakan bukti nyata bahwa media massa saat ini sudah keluar dari jalur idealisme. Hanya ada sedikit sekali media yang masih tetap mempertahankan aspek idealisme dan menjalankan fungsinya dengan baik. Tetapi sayangnya media tersebut seolah-olah kurang mendapat perhatian dari pemerintah. Sehingga masyarakatpun seolah enggan untuk menikmatinya. Justru media-media yang dinilai kurang bermutu dalam menyajikan tayanganlah yang dapat menarik perhatian masyarakat. Idealisme seolah-olah bisa terbeli oleh materi semata. Padahal media sangat berperan besar dalam kehidupan masyarakat, media lah yang menjadi sumber informasi terbesar, media lah yang mampu membentuk pola pikir masyarakat, dan media lah yang pada akhirnya dapat membentuk perilaku masyarakat dan budaya dalam masyarakat. kehidupan masyarakat tidak lagi dapat dipisahkan dari media massa. Ibarat dua sisi mata uang, keduanya berjalan seiringan. Tidak hanya masyarakat modern yang tinggal di perkotaan saja, masyarakat pedesaanpun juga tidak dapat mengelak dari terpaan media. Tentu bisa dibayangkan aoa yang akan terjadi pada bangsa Indonesia apabila setiap hati dijejali oleh informasi maupun tayangan yang tidak sesuai dengan idealisme media yang ada.
Disinilah peran pihak-pihak yang berkaitan dipertanyakan. Para elite atau pemerintah, sebenarnya telah memiliki pihak-pihak yang ditunjuk dan bertanggung jawab atas regulasi dan monitoring atau kontrol terhadap media masa. Seperti KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia. Pemerintah juga memiliki instansi terkait yakni Kementrian Komunikasi dan Informasi.seharusnya mereka dituntut untuk lebih tegas lagi dalam membuat regulasi dan mengontrol jalannya media massa, agar media dapat menjalankan praktiknya secara ideal. Sanksi yang tegas juga harus diterapkan bagi media yang melanggar untuk memberikan efek jera.
Sebab lain media menjadi komersial yaitu dikarena biaya opersional dan produksi media massa yang besar, akhirnya menggiring media massa kita ke arah komersial, kondisi ini dimanfaatkan oleh kaum kapitalis yang kemudian menjadikan media sebagai anak emasnya dalam menciptakan pasar mereka.
Media juga sebagai industri yang menghasilkan komoditas oleh sebab itu unsur komersial menjadi menonjol. Pihak yang menentukan proses komunikasi dari peliputan informasi, pengemasan informasi, hingga pemasaran informasi adalah pemilik modal, dimana kondisi ini berpengaruh pada visi suatu media. Dapat dikatakan bahwa idealisme media sangat bergantung pada pemilik modal, karena bentuk jurnalisme yang dikemas difokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar.
Keberhasilan suatu media dapat diukur dari oplah (media cetak) atau rating (media penyiaran). Oplah dan rating adalah ukuran ekonomi bukan tolak ukur kualitas suatu content media.
Kebijakan politik juga bisa menimbulkan iklim kurang sehat terhadap isi media apabila ada interventensi politik dalam kegiatan komunikasi massa. Jadi dominasi pemilik modal (dominasi ekonomi) mengakibatkan orientasi komersial. Dominasi politik juga menimbulkan pemasungan terhadap kebebasan pers, secara akumulatif akan mempersempit ruang gerak jurnalisme.
Orientasi komersil media bisa disebabkan karena persaingan yang ketat, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang/kelompok. Kepemilikan media pada segelintir orang akan mengarah pada konglomerasi media.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
-          Media massa (Mass Media) adalah sarana yang membawa pesan. Diantaranya buku, majalah, Koran, televise, radio, rekaman film, dan web.
-          Pers sendiri harus punya kekuatan serta keseimbangan. Kekuatan untuk mencapai cita-cita, dan keseimbangan dalam mempertahankan nilai-nilai profesi yang diyakininya.
-          Media massa, harus memiliki sekurang-kurangnya empat fungsi. Fungsi informasi, edukasi, hiburan, dan pengawasan. Selain memberikan hiburan, tayangan dalam media massa juga harus memuat unsur edukatif yang mencerdaskan pemirsanyadan tentunya bermanfaat bagi masyarakat.
-          Salah satu sebab kenapa media menjadi komersial yaitu dikarena biaya opersional dan produksi media massa yang besar, akhirnya menggiring media massa kita ke arah komersial, Keberhasilan suatu media dapat diukur dari oplah (media cetak) atau rating (media penyiaran). Oplah dan rating adalah ukuran ekonomi bukan tolak ukur kualitas suatu content media.
-          Orientasi komersil media bisa disebabkan karena persaingan yang ketat, tetapi juga bisa dipengaruhi oleh kepemilikan media yang berpusat pada segelintir orang/kelompok. Kepemilikan media pada segelintir orang akan mengarah pada konglomerasi media.

B.     Saran
Dengan mempelajari hukum dan etika media massa selain bisa mengetahui apa saja hukum yang terdapat dalam media massa juga bisa mengetahui tentang idealisme dan komersialisme yang terdapat pada suatu media massa. Hal itu juga merupakan cara yang baik dalam proses belajar. Oleh karena itu sebagai kaum pelajar kita harus mengembangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajar adalah masyarakan yang terpelajar. Yang dianggap sebagai kaum pelajar, karena mereka berpendidikan.


DAFTAR PUSTAKA
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
file:///D:/media%20massa/hilangnya-idealisme-media-massa.html. diakses pada Sabtu 4 April 2015, Pukul 16:17 WIB.
file:///D:/media%20massa/komersialisasi-media-massa-oleh-angghi.html. diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 16.35 Wib.








[1] John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hlm 453.
[2] file:///D:/media%20massa/komersialisasi-media-di-indonesia.html. diakses pada Sabtu 4 April 2015, Pukul 16:17 WIB.
[3] John Vivian, Teori Komunikasi Massa,… hlm 46.
[4]file:///D:/media%20massa/Komersialisasi%20Media%20di%20Indonesia%20%C2%AB%20kapsel classfikomuntar.htm. diakses pada tanggal 4 April 2015 pukul 16.35 Wib.
[5] John Vivian, Teori Komunikasi Massa,… hlm 47.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar